Kesuksesan Pengusaha Batik pemegang Rekor MURI


Salah seorang pebisnis muda asal cirebon, bisa menjadi inspirasi bagi pengusaha baru yang membutuhkan semangat bisnis. Kisah sukses pebisnis ini dimulai saat ia pertama kali berjualan kain, setelah menikah pada umur 17 tahun. Uang amplop dari pernikahan, mereka gunakan untuk modal awal ia dan istrinya memulia bisnis. Awalnya mulanya ia menjalankan bisnisnya itu dengan memasok bahan baku pakaian batik berupa kain moro ke pengrajin batik. Setelah melakukan usaha ini selama 2 tahun ia mulai belajar bagaiamana cara membuat pakaian batik. Kemudian ia secara perlahan mengembangkan bisnisnya dengan membuka toko pakaian batik, awalnya ia menerima pesanan batik dari salah seorang klien kemudian ia bekerjasama dengan konveksi pakaian batik yang ada di Cirebon. Ia membuka toko berukuran 4x4 dirumahnya sendiri, disamping berjualan di Tanah Abang jakarta Pusat. 

Usaha batiknya mulai mendapatkan banyak permintaan, setelah adanya klaim batik yang dilakukan oleh Malaysia. Sehingga masyarakat Indonesia menjadi marah dan mulai menggunakan serta memasyarkatkan batik secara luas. Dengan adanya permintaan yang melonjak, ia mulai mengembangkan bisnisnya dengan membuka gerai berukuran 16 m2 di Plered, Cirebon. 

Dengan banyak permintaan, semangatnya semakin meningkat, sehingga ditahun 2010 ia membuka cabang di beberapa kota di luar Cirebon diantaranya Jakarta, Surabaya dan Medan. 

"Usaha saya terbantu dengan kondisi tersebut. Kini jaringan toko batik saya sudah berkembang jauh dengan memiliki 9 cabang di berbagai kota, mulai dari Cirebon, Jakarta, Medan, Palembang, Yogyakarta dan Surabaya," jelas Ibnu. 

Dibawah bendera Trusmi Grup dengan ia sendiri menjadi CEO dari perusahaan yang ia dirikan, ia telah memiliki karyawan sebanyak 850 orang dan pengarjin sekitar 400 orang. 

Tidak hanya itu ia juga mulai mengembangkan usahanya di bidang lain seperti di Media, Kuliner, Retail batik, dan Property. Di bidang Properti, ia bersama dengan perusahan lain yaitu Waskita dan Triniti mengembangkan proyek apartemen berkonsep Jepang di Alam sutera senilai 800 milliar. Dengan usaha propertinya juga ia telah membangun beberapa perumahan seperti Golden Plered Regency, Golden Kedaung Regency,Love Regency, Queen Regency, Maryland Regency, Montana Village, Lovina Village dan Sanur Village. 

Ia terus tumbuh dan belajar bagaimana agar bisa terus survive dan mempertahankan usaha batiknya yang telah ia bangun. 

"Ekspansi ke bisnis properti ini menjadi bagian agar usaha kita tetap survive. Sebab usaha batik sebagai industri kreatif mempunyak banyak tantangan yang berat. Sehingga perlu dibarengi usaha lain agar bisa bertahan," ungkap Ibnu. 

Pria kelahiran 1988 itu, melalui Usaha batiknya telah mendapatkan  rekor MURI sebagai pemilik toko batik terbesar dan terluas di usia muda, disaat umurnya menginjak 23 tahun.
Kesuksesan Pengusaha Batik pemegang Rekor MURI Kesuksesan Pengusaha Batik pemegang Rekor MURI Reviewed by Unknown on 13:22 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.